Minggu, 24 Maret 2013

Optical Mark Recognition (OMR)

Software ini sudah lama beredar di Indonesia. Namun demikian, baru segelintir perusahaan atau institusi yang mengetahui manfaatnya.
Matahari sudah naik ke peraduan. Ini hari ketiga Shanti, karyawan personalia di sebuah hotel berbintang di Solo, berkutat memeriksa dokumen ujian seleksi karyawan baru. Hotelnya membutuhkan 100 karyawan baru dan peserta yang mengikuti ujian berjumlah 850 orang. Jika hotel tempat Shanti bekerja menggunakan teknologi berbasis OMR untuk ujian saringan karyawan, tentu Shanti tidak perlu lembur selama itu.
OMR singkatan dari Optical Mark Recognition adalah sebuah perangkat lunak (software) yang memroses data melalui pantulan cahaya dengan menggunakan alat pemindai (scanner). Sebutlah siswa Ujian Akhir Nasional atau peminat Ujian Calon Pegawai Negeri Sipil, merekalah salah satu pengguna software ini. Teknologi ini sebenarnya sudah usang, namun banyak perusahaan yang belum tahu manfaatnya.
OMR mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1990-an. Di tahun itu, Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional alias Ebtanas di SMP dan SMA mulai memakai sistem ini. Mengingat lembar jawabannya kertas A4 yang bertekstur tebal dan agak kaku, maka tidak boleh lecek, terlipat, apalagi basah. Tangan yang memegangnya pun harus tetap kering dari keringat.
Dilihat dari sejarahnya, OMR berangkat dari teknologi untuk kaum tunanetra. IBM, Scantron, dan Chatsworth Data Corporation adalah pemain internasional yang telah lama mengembangkan teknologi berbasis OMR. Sekarang, OMR dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, antara lain proses penelitian, survei komunitas, survei konsumen, ujian/assessments, evaluasi, pengumpulan data, evaluasi produk, penghitungan inventori, formulir pendaftaran, undian, pemetaan (contoh: kode pos), mengoreksi ujian sekolah, ujian masuk perguruan tinggi, tes seleksi CPNS, psikotes, tes seleksi rekrutmen perusahaan, kuesioner kepuasan pelanggan atas produk dan jasa, serta survei statistik. Dokumen lembar jawaban komputer (LJK) cukup ditumpuk pada alat pemindai, lalu software akan memerintah alat pemindai sehingga LJK akan dipindai satu persatu untuk dibaca datanya.
Mahalnya teknologi OMR mencetuskan penelitian untuk membuat sistem pemindaian LJK berbiaya rendah. Tujuannya, agar lebih banyak lagi yang bisa menggunakan teknologi berbasis OMR di Indonesia. Hari ini, OMR berkembang signifikan di Indonesia berkat penelitian-penelitian yang dilakukan. Salah satu penggagas penelitian ini pada tahun 2002 adalah Iping Supriana dan Arif Rahmat yang keduanya adalah peneliti dari Institut Teknologi Bandung. Merek software berbasis OMR-pun bertumbuh. Sebut saja pemain lokal berbasis OMR, yaitu Digital Mark Reader (DMR), dan beberapa merek mark reader lainnya yang tumbuh mengikuti permintaan pasar.
Menurut Feri Santosa, Direktur PT Prisma Teknologi Indonesia, distributor utama DMR, sistem OMR untuk perekrutan selama ini sudah jamak dilakukan di Indonesia. “Perekrutan CPNS sudah menggunakan teknologi OMR sejak 2004,” kata Feri. Pada perkembangannya, sektor swasta pun tertarik menggunakan teknologi berbasis OMR sebagai bagian dari proses rekrutmen mereka. “Awal 2007, TransCorp mengadakan perekrutan dengan jumlah pelamar 100.000 orang. Mereka memakai DMR President dengan kecepatan 7.000 lembar per jam,” ujar Feri.
Sementara itu, salah satu staf  penyedia software mark reader diwakili oleh Taufik, Soft & Multimedia Project Manager-nya mengatakan, kebutuhan teknologi berbasis OMR kali pertama datang dari sektor pendidikan. “Tahun 2007 Departemen Pendidikan Nasional memesan software kami,” kata Taufik. “Sekarang sudah banyak perusahaan yang memakai sistem ini sebagai bagian dari proses rekrutmen. Biasanya bila pelamar di atas 500 orang, sistem ini bisa dipakai untuk efisiensi,” imbuhnya.
Perusahaan atau lembaga yang mengutamakan kecepatan, efisiensi, dan program-program yang dibutuhkan perusahaan seperti psikotest, input data, assesment, survei produk, survei konsumen, penilaian kerja karyawan 360o (penilaian karyawan dalam sebuah perusahaan oleh sesama karyawan di dalamnya-red), prepost training, dan survei kepuasan kerja karyawan, bisa menggunakan sistem berbasis OMR ini. Keuntungannya? Cepat dan akurat. “Kekurangannya adalah, ada jumlah maksimum batas pemindaian pada perangkat kerasnya,”.
Apa saja yang harus dilakukan jika perusahaan Anda mau menggunakan sistem ini untuk perekrutan, psikotest, atau kegiatan survei?
“Pertama, lakukan riset vendor OMR lewat Internet. Kedua, carilah vendor yang berpengalaman di bidang ini. Ketiga, perhatikan sisi after sales support dari vendor tersebut. Keempat, pastikan support after sales berkualitas seperti memiliki service center, garansi minimal 1 tahun untuk software, dan pastikan konsultan di vendor tersebut mudah dihubungi,”.  Bukan hanya sekadar jual barang, tapi cari vendor OMR yang berfungsi sebagai konsultan.
Mengutip Arif Rahmat, pengembang DMR, minimnya komputer yang tersedia membuat teknologi berbasis OMR masih sangat dibutuhkan saat ini. Puluhan tahun mendatang, di mana komputer diprediksi akan semurah harga jam tangan, maka penyelenggaraan ujian menggunakan kertas akan sulit ditemukan. Jangan heran bila perkembangan teknologi berbasis OMR diprediksi akan meningkat signifikan dan menyesuaikan dengan pesatnya teknologi dunia. Bukan tak mustahil, penggunaanya pun akan merangsek ke segala sektor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar